LAUNCHING KOMPAS

4 November 2015 (16.00 - 17.45 WIB) at Kampus ITSB , Narasumber : Bpk. Budiyanto, S.Pi.

KAMPUS ITSB

Kampus ITSB di Kota Deltamas, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi didirikan atas hasil kerjasama ITB, Sinar Mas dan Pemerintah Kabupaten Bekasi. Kerjasama ITSB dengan ITB dan Sinar Mas tertuang dalam Nota Kesepahamam antara ITB, Yayasan ITSB, dan PT. Binasarana Muliajaya (Sinar Mas).

ROAD TO SEMINAR KEWIRAUSAHAAN #2

GRAND LAUNCHING KOMPAS ITSB.

PANITIA DAN NARASUMBER

GRAND LAUNCHING KOMPAS ITSB.

Jumat, 20 November 2015

ROAD TO SEMINAR KEWIRAUSAHAAN #2


Assalamualaikum wr.wb

Setelah beberapa minggu lalu kita sukses menyelenggarakan grand opening Seminar Kewirausahaan #1, kali ini KOMPAS ITSB kembali menyelenggarakan Seminar Kewirausahaan #2. Pada Seminar kali ini ada yang sedikit berbeda, karena KOMPAS ITSB berkolaborasi dengan KABINET SADAYA KM ITSB dan lebih tepatnya adalah dengan Kementrian Entrepreneur.

Masih mengusung tema yang serupa, yaitu "Membangun Jiwa Mahasiswa yang Ilmiah dan Entrepreneur". Kami juga mengundang narasumber yang memang berkompeten untuk menyajikan materi-materi sesuai tema tersebut, yaitu bapak H. Loekito dan bapak Soni Suardi., SE., MM. Maka dari itu jangan sampai melewatkan acara SEMINAR KEWIRAUSAHAAN #2 ini ya gan.

Hari/tanggal : Rabu, 25 November 2015
Waktu          : pukul 15.00 - 17.00 WIB
Tempat         : Aula Kampus ITSB

Dijamin acaranya lebih seru karena seminar ini dibuka untuk umum dan FREE. Jadi jangan sampai menyesal kalo gak dateng.


Kami menunggu partisipasi dari kawan-kawan semua yang berjiwa entrepreneur.

KOMPAS ITSB!!
INOVATIF, KREATIF MENGABDI dan BERBAGI

Terimakasih
wassalamualaikum wr.wb

Senin, 16 November 2015

KISAH HIDUP CHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG

KISAH HIDUP CHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG

Chairul Tanjung lahir di Jakarta, 16 Juni 1962 dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama di sebuah surat kabar kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya.  Pengusaha sukses asal indonesia ini dikenal luas sebagai pendiri sekaligus pemimpin, CT Corp (sebelum 1 Desember 2011 bernama Para Group)
chairul-tanjung
Sejarah Singkat Kehidupan Chairul Tanjung
Riwayat Pendidikan
Berikut selengkapnya latar belakang pendidikan seorang Chairul Tanjung.
  • SD Van Lith, Jakarta (1975)
  • SMP Van Lith, Jakarta (1978)
  • SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
  • Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
  • Executive IPPM (MBA; 1993)
Kisah Hidup Perjalan Chairul Tanjung Si Anak Singkong telah ditulis dalam sebuah buku yang berjudul “si anak singkong” buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup chairul tanjung dari kecil hingga sukses seperti saat ini. Buku setebal 360 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas,
Menurut saya buku ini sangatlah inspiratif dan penting sekali untuk kita baca. Penuturan cerita yang apa adanya membuat jauh dari kesan berlebihan atau mendramatisir keadaan. Berbagai kisah yang membuat saya tergetar haru dan speechless.
Buku yang merupakan kisah perjalanan hidup seorang pengusaha sukses di negeri ini. Chairul Tanjung, adalah pemilik beberapa perusahaan besar seperti stasiun televisi swasta ( Trans TV), Trans Studio, hotel, bank, dan terakhir  kabarnya menjadi salah salah satu pembeli 10% saham perusahaan penerbangan papan atas Indonesia ( Garuda ) dsb dll.
Untuk menuliskan ekstrak sebuah buku setebal 384 halaman tentu tidak cukup mudah. Namun di sini saya ingin berbagi sedikit kisah yang semoga bermanfaat bagi Anda yang belum sempat membaca buku tersebut ( sejujurnya, saya berharap sahabat semua menyempatkan untuk membacanya suatu saat nanti). Maka, saya coba menuangkan beberapa kenangan masa kanak-kanak hingga masa kuliah saja, segera setelah saya selesai membacanya, hari ini.
Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar.
Kelas 1 hingga kelas 2 SD sekolah diantar jemput oleh Kak Ana, seorang sanak keluarga dari Sibolga, dengan naik oplet. Selanjutnya kelas 3 SD sudah bisa pulang-pergi sekolah sendiri.
Saat usia SMP, Bapaknya ( Abdul Gafar Tanjung ) yang saat itu telah mempunyai percetakan, koran, transportasi dll gulung tikar dan dinyatakan pailit oleh pemerintah karena idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa saat itu ( Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Semua koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah satu pun.
Mungkin demi gengsi, di awal-awal, Bapaknya menyewa sebuah losmen di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul sendiri.
Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.
Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya sendu, tidak ceria dan tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak Chairul, Ibunya baru berucap : ”Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah habis dan untuk belanja nanti pagi sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”.
( Tidak diceritakan lebih jelas akhirnya mendapat solusi dari mana, namun kita bisa tahu bahwa di usia SMP, Chairul sudah menyadari bagaimana kesulitan orang tuanya, bahkan untuk makan sehari-hari. Dan Ibunya adalah sosok yang sangat tabah menjalani kerasnya kehidupan).
Setamat kuliah, Chairul berekan dengan orang lain dalam membangun sebuah pabrik sepatu. Setelah 3 bulan awal dimulainya pabrik tersebut dilalui dengan terlunta-lunta dengan tanpa pesanan. Disaat pabrik terancam bangkrut, datanglah pesanan sendal dari luar negeri sejumlah 12.000 pasang dengan estimasi 6.000 pasang dikirim awal. Dan berubahlah pabrik tersebut dari pabrik sepatu menjadi pabrik sendal. Saat melihat hasil kerja pabrik tersebut, pihak pemesan merasa tertarik dan langsung melakukan pesanan kembali bahkan mencapai angka 240.000 pasang padahal yang awalnya 12.000 pasang tadi masih 6.000 pasang yang dikirim. Mulailah pabrik tersebut berkembang. Setelah beberapa lama akhirnya Chairul memutuskan berhenti berekan dan mulai membangun bisnis dengan modal pribadi dan menjelma menjadi pengusaha yang mandiri.
Pada tahun 1994, Chairul resmi meminang gadis pujaannya yaitu Anita yang juga merupakan adik kelasnya sewaktu kuliah. Dan pada tahun 1996, Chairul memperoleh berkah yang berlimpah karena pada tahun tersebut lahirlah anak pertamanya dan bersamaan dengan diputuskannya Chairul sebagai pemilik dari Bank Mega.
Chairul Tanjung dikenal sebagai pengusaha yang agresif, ekspansi usahanya merambah segala bidang, mulai perbankan dengan bendera Bank Mega Group, pertelivisian Trans TV dan Trans 7, hotel dengan bendera The Trans, di bidang supermarket, CT (panggilan akrab Chairul Tanjung) mengakuisisi Carrefour, pesawat terbang, hingga bisnis hiburan TRANS STUDIO, dan bisnis lainnya.
Chairul Tanjung
Riwayat kehidupan CT kecil bisa dikatakan terlahir dari keluarga cukup berada kala itu. Dia mempunyai enam saudara kandung. A.G. Tanjung, ayahnya, adalah mantan wartawan pada era Orde Lama dan pernah menerbitkan surat kabar dengan oplah kecil.
Namun, ketika terjadi pergantian era pemerintahan, usaha ayahnya itu tutup karena ayahnya mempunyai pemikiran yang berseberangan dengan penguasa politik saat itu. Keadaan tersebut memaksa kedua orang tuanya menjual rumah dan harus rela menjalani hidup seadanya. Mereka pun kemudian menyewa sebuah losmen dengan kamar-kamar yang sempit.
Kondisi ekonomi keluarganya yang sulit membuat orang tuanya tidak sanggup membayar uang kuliah Chairul yang waktu itu hanya sebesar Rp75.000. “Tahun 1981 saya diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI). Uang masuk ini dan itu total Rp75.000. Tanpa saya ketahui, secara diam-diam ibu menggadaikan kain halusnya ke pegadaian untuk membayar uang kuliah,” katanya lirih.
Melihat pengorbanan sang ibu, ia lalu berjanji tidak ingin terus-menerus menjadi beban orang tua. Sejak saat itu, ia tidak akan meminta uang lagi kepada orang tuanya. Ia bertekad akan mencari akal bagaimana caranya bisa membiayai hidup dan kuliah.
CT pria kelahiran Jakarta, 18 Juni 1962 pada awalnya memulai bisnis kecil-kecilan. Dia bekerjasama dengan pemilik mesin fotokopi, dan meletakkannya di tempat strategis yaitu di bawah tangga kampus. Mulai dari berjualan buku kuliah stensilan, kaos, sepatu, dan aneka barang lain di kampus dan kepada teman-temannya. Dari modal usaha itu, ia berhasil membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah Senen Raya, Jakarta. Sayang, karena sifat sosialnya – yang sering memberi fasilitas kepada rekan kuliah, serta sering menraktir teman – usaha itu bangkrut.
Memang terbilang terjal jalan yang harus ditempuh Chairul Tanjung sebelum menjadi orang sukses seperti sekarang ini. Kepiawaiannya membangun jaringan bisnis telah memuluskan perjalanan bisnisnya. Salah satu kunci sukses dia adalah tidak tanggung-tanggung dalam melangkah.
Menurut penuturan Chairul, gedung tua Fakultas Kedokteran UI dulu belum menggunakan lift. Dari lantai satu hingga lantai empat masih menggunakan tangga. Lewat ruang kosong di bawah tangga ini, Chairul muda melihat peluang yang bisa dimanfaatkannya untuk menghasilkan uang.
“Nah, kebetulan ada ruang kosong di bawah tangga. Saya lalu berpikir untuk bisa memanfaatkannya sebagai tempat fotokopi. Tapi, masalahnya, saya tidak mempunyai mesin fotokopi. Uang untuk membeli mesin fotokopi pun tidak ada,” tuturnya.
Dia pun lantas mencari akal dengan mengundang penyandang dana untuk menyediakan mesin fotokopi dan membayar sewa tempat. Waktu itu ia hanya mendapat upah dari usaha foto kopi sebesar Rp2,5 per lembar. “Sedikit ya. Tapi, karena itu daerah kampus, dalam hal ini mahasiswa banyak yang fotokopi, maka jadilah keuntungan saya lumayan besar,” katanya sambil melempar senyum.
Tidak hanya sampai di situ, ia pun terus berusaha mengasah kemampuannya dalam berbisnis. Usaha lain, seperti usaha stiker, pembuatan kaos, buku kuliah stensilan, hingga penjualan buku bekas dicobanya. Usai menyelesaikan kuliah, Chairul memberanikan diri menyewa kios di daerah Senen, Jakarta Pusat, dengan harga sewa Rp1 juta per tahun.
Kios kecil itu dimanfaatkannya untuk membuka CV yang bergerak di bidang penjualan alat-alat kedokteran gigi. Sayang, usaha tersebut tidak berlangsung lama karena kios tempat usahanya lebih sering dijadikan tempat berkumpul teman-temannya sesama aktivis. “Yang nongkrong lebih banyak ketimbang yang beli,” kata mahasiswa teladan tingkat nasional 1984-1985 ini.
Selang berapa tahun, ia mencoba bangkit dan melangkah lagi dengan menggandeng dua temannya mendirikan PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu.
Ia mendapatkan kredit ringan dari Bank Exim sebesar Rp150 juta. Kepiawaiannya membangun jaringan bisnis membuat sepatu produksinya mendapat pesanan sebanyak 160.000 pasang dari pengusaha Italia.
Bisnisnya terus berkembang. Ia mulai mencoba merambah ke industri genting, sandal, dan properti. Namun, di tengah usahanya yang sedang merambat naik, tiba-tiba dia terbentur perbedaan visi dengan kedua rekannya. Ia pun memutuskan memilih mundur dan menjalankan sendiri usahanya.
Memang tidak jaminan, seseorang yang berkarier sesuai dengan latar belakang pendidikannya akan sukses. Kenyataannya tidak sedikit yang berhasil justru setelah mereka keluar dari jalur.
“Modal dalam usaha memang penting, tapi mendapatkan mitra kerja yang andal adalah segalanya. Membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas dalam menjalankan bisnis,” ujar Chairul Tanjung yang lebih memilih menjadi seorang pengusaha ketimbang seorang dokter gigi biasa.
Dan pilihannya untuk menjadi pengusaha menempatkan CT sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai 450 juta dolar AS. Sebuah prestasi yang mungkin tak pernah dibayangkannya saat memulai usaha kecil-kecilan, demi mendapat biaya kuliah, ketika masih kuliah di UI dulu.
Hal itulah yang barangkali membuat Chairul Tanjung selalu tampil apa adanya, tanpa kesan ingin memamerkan kesuksesannya. Selain itu, rupanya ia pun tak lupa pada masa lalunya. Karenanya, ia pun kini getol menjalankan berbagai kegiatan sosial. Mulai dari PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dan sebagainya. “Kini waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan,” ungkapnya.
Kini Grup Para mempunyai kerajaan bisnis yang mengandalkan pada tiga bisnis inti. Pertama jasa keuangan seperti Bank Mega, Asuransi Umum Mega, Aanya yaitu bisnis televisi, TransTV. Pada bisnis pertelevisian ini, ia juga dikenal berhasil mengakuisisi televisi yang nyaris bangkrut TV7, dan kini berhasil mengubahnya jadi Trans7 yang juga cukup sukses.
Langkah ekspansi selanjutnya adalah mendirikan perusahaan patungan dengan mantan wapres Jusuf Kalla membentuk taman wisata terbesar “TRANS STUDIO” di Makassar, untuk menyaingi keberadaan Universal Studio yang ada di Singapura. Taman hiburan dalam ruangan terbesar di Indonesia inipun sekarang telah merambah kota Bandung, dan sebentar lagi kota-kota besar di Indonesia lainnya.
Chairul merupakan salah satu dari tujuh orang kaya dunia asal Indonesia. Dia juga satu-satunya pengusaha pribumi yang masuk jajaran orang tajir sedunia. Enam wakil Indonesia lainnya adalah Michael Hartono, Budi Hartono, Martua Sitorus, Peter Sondakh, Sukanto Tanoto dan Low Tuck Kwong.
Berkat kesuksesannya itu Majalah Warta Ekonomi menganugerahi Pria Berdarah Minang/Padang sebagai salah seorang tokoh bisnis paling berpengaruh di tahun 2005 dan Dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia tahun 2010 versi majalah Forbes dengan total kekayaan $1 Miliar.
Sumber : Buku Kisah Hidup Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Minggu, 15 November 2015

KOMPAS ITSB Membangun Komunikasi Bisnis dengan Kampus-kampus di Cikarang

FOTO BESAMA KOMPAS ITSB DENGAN MAHASISWA/I SE-CIKARANG DAN BEBERAPA PENGUSAHA
      KOMPAS ITSB dan Pembina Eksternal KOMPAS ITSB yaitu bapak Budiyanto, S.Pi
mengadakan rapat bersama dengan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan beberapa kampus di sekitar Cikarang dalam rangka sosialisasi KOMUNITAS MAASISWA CALON PENGUSAHA (KOMPAS) . Beberapa kampus yang mahasiswanya hadir :
  1. STAI BANI SHALEH
  2. INSTITUT GLOBAL MULIA
  3. STKIP KUSUMA NEGARA
  4. STIE SWADAYA CIKARANG
  5. STIE PELITA BANGSA
  6. STMIK MIC
  7. UNISMA 45 BEKASI
  8. UNIVERSITAS BUDI LUHUR
  9. IKMI RISKINA
Suasana Sosialisasi dan Tanya Jawab
Mahasiwa begitu antusias bertanya mengenai pentingnya berwirausaha

Senin, 09 November 2015

Kisah Nyata Pengusaha Sukses Dari Nol Eka Tjipta Widjaja

Kisah Nyata Pengusaha Sukses Dari Nol Eka Tjipta Widjaja
 
Kisah Nyata Pengusaha Sukses Dari Nol Eka Tjipta Widjaja – Siapa yang tidak kenal dengan Sinar Mas Group? Bisnisnya yang menggurita mulai dari perusahaan kertas, asuransi, bank, hingga masih banyak lagi. Semua itu merupakan hasil kerja keras dari sang pendirinya, yaitu Eka Tjipta Wijaya. Kesuksesan Beliau bukanlah warisan dari orang tua dan sekali lagi, Beliau merupakan bukti nyata kepada dunia bahwa sukses dari nol itu adalah suatu hal yang mungkin! Sekarang ini keluarga Eka Tjipta Widjaja tercatat sebagai orang terkaya ke-4 di Indonesia versi Forbes dengan total kekayaan $5,8 milyar dolar.
kisah pengusaha sukses dari nol eka tjipta widjaja
kisah pengusaha sukses dari nol eka tjipta widjaja
Eka Tjipta Widjaja dilahirkan di Coan Ciu, Fujian, Cina pada tanggal 3 Oktober 1923 dengan nama Oei Ek Tjhong. Oleh karena Beliau lahir dari keluarga miskin, Beliau sudah tidak asing lagi dengan arti kerja keras dan juga penderitaan. Namun berkat tempaan itulah, akhirnya Beliau mampu menghadapi segala tantangan dan kegagalan yang pernah dilalui selama hidupnya.
Eka Tjipta Wijaya berkata:
Beliau bersama ibunya pindah ke Indonesia pada saat Beliau berumur 9 tahun untuk menyusul ayahnya yang telah terlebih dahulu datang ke Indonesia. Kota yang didatanginya adalah Makasar. Hidupnya ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Sehari-hari, keluarga tersebut hanya makan bubur dan ubi. Untuk membantu orang tuanya, Eka terbiasa membantu ayahnya berjualan dari rumah ke rumah menggunakan sepeda, meskipun pada saat ibu bahasa Indonesia-nya masih belum fasih.
Keadaan ekonomi keluarga yang sulit hanya bisa menyekolahkan Eka hingga bangku SD. Pada umur 15 tahun, Eka mulai berjualan sendiri. Dagangannya berupa biskuit dan gula-gula. Dia membeli dagangannya tersebut dengan harga grosir dan menjualnya dengan harga eceran. Sebagai jaminan pembayaran, Eka berani memberikan ijazah SD-nya tersebut agar dipercaya mengambil barang tanpa pembayaran di muka. Pada saat usahanya mulai berkembang, pasukan Jepang masuk ke Indonesia dan memporakpandakan usahanya dikarenakan pasukan Jepang menerapkan pajak yang tinggi pada saat itu.
Setelah itu, Eka mencoba berbagai usaha, mulai dari kopra, gula, hingga kopi dan usahanya tersebut selalu gagal dan mengalami kebangkrutan. Akan tetapi hal tersebut tidak membuatnya putus asa. Di umurnya yang ke-37, Eka Tjipta pindah ke Surabaya. Pada awalnya, Eka telah sempat memiliki kebun kopi dan karet, pabrik minyak kelapa dan penggilingan padi, namun sayangnya merugi hingga akhirnya Ia memutuskan untuk menjual usahanya. Setelah itu, dia mendirikan CV Sinar Mas yang bergerak di bidang ekspor hasil bumi dan juga impor tekstil.
Usahanya kali ini membuahkan hasil hingga Beliau akhirnya bisa mengembangkan usahanya dan mendirikan PT Tjiwi Kimia di tahun 1976. Di tahun 1980, dia memutuskan untuk membeli sebidang tanah perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektar di Riau. Selain itu, dia juga membeli mesin serta pabrik dengan kapasitas 60 ribu ton kelapa sawit. Bisnis tersebut berkembang dengan pesat dan pada tahun 1981, Belaiu membeli perkebunan dan pabrik teh dengan luas 1000 hektar, sedangkan pabrikan memiliki kapasitas 20 ribu ton teh. Tak hanya berhenti sampai di situ, Eka pun berani terjun ke dunia perbankan dengan membeli Bank International Indonesia (BII) dengan nilai aset sebesar 13 milyar Rupiah. Setelah dia kelola, bank tersebut menjadi besar dan nilai asetnya kini telah mencapai 9,2 triliun Rupiah. Sekarang ini, bisnisnya membentang mulai dari kertas, minyak kelapa sawit, properti (ITC Mangga Dua, Ambassador di Kuningan, Green View Apartment di kawasan Roxy), perbankan, dan masih banyak lagi.
kisah pengusaha sukses dari nol eka tjipta widjaja ITC Mangga Dua
kisah pengusaha sukses dari nol eka tjipta widjaja ITC Mangga Dua
Meski usahanya sempat mengalami goncangan pada saat krisis tahun 1998, namun perusahaan tersebut mampu bangkit kembali. Sekarang ini, Sinar Mas Group dipenag oleh anak-anaknya, yaitu Franky Oesman Widjaja (CEO Golden Agri-resources), Muktar Widjaja (perusahaan properti), Teguh Ganda Wijaya (bisnis pulp and paper), Inda Widjaja (CEO Sinar Mas Multiartha). Sedangkan Eka fokus ke yayasan sosial untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Bercermin dari Eka Tjipta Widjaja, maka kesimpulan yang bisa dipetik adalah latar belakang pendidikan tidak menentukan kesuksesan seseorang. Yang terpenting adalah kemauan dan kerja keras untuk terus maju menggapai impian. Beliau juga mengajarkan agar pada saat kita sudah sukses dan berkelimpahan, tetap ingat untuk membantu orang lain yang kurang mampu dengan tanpa diskriminasi (pernyataan Eka Widjaja dikutip dari tokohindonesia)
kisah pengusaha sukses dari nol eka tjipta widjaja quote
kisah pengusaha sukses dari nol eka tjipta widjaja
Demikianlah Kisah Nyata Pengusaha Sukses Dari Nol Eka Tjipta Widjaja. Semoga bermanfaat

5 Kisah Pengusaha UKM yang Sukses Memulai Bisnis dari Nol

5 Kisah Pengusaha UKM yang Sukses Memulai Bisnis dari Nol

kisah pengusaha ukm yang sukses

Di dunia ini ada dua macam pengusaha. Yang pertama, mereka yang mendapat warisan usaha dari orang tua. Kedua, mereka yang memulai usaha dari nol.

Pengusaha golongan pertama lebih beruntung karena tinggal melanjutkan usaha yang telah dirintis orang tua. Berbeda dengan pengusaha golongan kedua, yang harus merasakan perjuangan membuka usaha dari bawah.

Untuk mewujudkan impian menjadi pengusaha sukses, mereka membangun usaha kecil-menengah (UKM) dengan optimisme dan semangat pantang menyerah. Perjuangan dimulai dengan mencari modal. Bank yang menyediakan pinjaman untuk merintis usaha pun menjadi salah satu pihak yang turut berkontribusi terhadap kesuksesan mereka.

Berikut ini 5 kisah pengusaha UKM yang sukses, yang dapat menjadi inspirasi kita semua:

1. Bob Sadino


Almarhum Bob Sadino barangkali adalah pengusaha paling nyentrik yang kita kenal di Indonesia.
Almarhum Bob Sadino barangkali adalah pengusaha paling nyentrik yang kita kenal di Indonesia.

Mendiang Bambang Mustari Sadino alias Bob Sadino adalah salah satu contoh pengusaha sukses yang sebelumnya pontang-panting ketika merintis bisnis. Sempat menjadi karyawan perusahaan berstatus badan usaha milik negara selama 9 tahun, Bob memutuskan keluar dari pekerjaan itu dan menjadi pengusaha.

Tapi usahanya tak langsung sukses. Bisnis sewa mobil yang ditekuninya mandek. Dia terlibat kecelakaan ketika menyopiri mobil Mercedes-Benz yang dia sewakan, sehingga tak bisa melanjutkan usaha itu.

Bob kemudian menjadi buruh bangunan dengan upah harian. Tapi saat itu dia melihat ceruk bisnis lain: peternakan ayam. Akhirnya, dengan modal pinjaman dari tetangganya yang merupakan purnawirawan militer yang tertarik dengan bisnis peternakan, Bob memulai usaha berdagang telur negeri.

Bob memasarkan sendiri telurnya dari rumah ke rumah para ekspatriat di sekitar tempat tinggalnya di Kemang, Jakarta Selatan. Akhirnya, berkat keuletannya, usahanya sukses dan dia mendirikan Kem-Chicks, supermarket terkenal yang menjual beragam produk pertanian dan peternakan.

2. Gibran Rakabuming


Anak Presiden RI Jokowi aja mengandalkan pinjaman ke bank untuk mengembangkan usaha kateringnya, masak Anda enggak?
Anak Presiden RI Jokowi aja mengandalkan pinjaman ke bank untuk mengembangkan usaha kateringnya, masak Anda enggak?

Nama Gibran Rakabuming melejit setelah ayahnya, Joko Widodo, menjadi Gubernur DKI Jakarta dan kemudian Presiden Indonesia. Jokowi merupakan pebisnis mebel, tapi Gibran tak mau menebeng bisnis itu. Dia malah ngotot mendirikan usaha sendiri di bidang katering dan wedding organizer.

Namun kengototannya berbuah manis. Dia memulai bisnisnya dengan mencari pinjaman dari bank, sebab ayahnya ingin dia mandiri. Dari tujuh proposal permohonan yang dikirim ke bank, hanya satu yang tembus.

Dari modal itulah dia membangun Chili Pari. Mulanya dia hanya melayani pesanan dalam jumlah kecil. Namun kemudian dia mulai menangani order besar dengan jumlah tamu hingga ribuan orang.

Saat ayahnya menjabat Wali Kota Solo, dia tak mau melayani order dari pemerintah setempat karena khawatir dianggap bermain mata. Kini, setelah ayahnya hijrah ke Jakarta sebagai presiden, Gibran lebih leluasa menjalankan bisnisnya yang semakin meningkat.

3. Susi Pudjiastuti


Ibu Menteri, Susi Pudjiastuti, berpose dari balik jendela pesawatnya.
Ibu Menteri, Susi Pudjiastuti, berpose dari balik jendela pesawatnya.

Susi Pudjiastuti adalah pengusaha yang nyentrik dan tegas. Kesuksesannya merintis bisnis dari nol di bidang perikanan dan penerbangan membuatnya dianggap layak menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan di era pemerintahan Joko-Widodo-Jusuf Kalla.

Susi hanya mengantongi ijazah SMP lantaran drop out saat SMA. Dia lebih memilih berbisnis sebagai pedagang pengepul ikan di Pangandaran ketimbang sekolah. Perhiasannya dia jual untuk memodali bisnis itu.

Bisnis perikanan Susi kian maju dari tahun ke tahun. Akhirnya, dengan meminjam dari bank, dia membeli sebuah pesawat untuk mempermudah pengangkutan produk lautnya. Kemudian dia menambah satu demi satu pesawat dan mendirikan maskapai Susi Air yang melayani carteran serta rute di pedalaman.

4. Sunny Kamengmau


Sunny Kamengmau sukses menciptakan tas Robita yang digemari di Jepang.
Sunny Kamengmau sukses menciptakan tas Robita yang digemari di Jepang.

Sunny Kamengmau adalah pria asal Nusa Tenggara Timur yang sukses menciptakan dan memasarkan tas merek Robita. Tas ini sangat populer di Jepang, bahkan di kalangan sosialita kelas atas di sana.

Sunny tak pernah lulus SMA. Bermodal nekat, dia pergi ke Bali untuk menjadi tukang sapu di sebuah hotel. Karena kinerjanya bagus, dia lalu diangkat menjadi satpam.

Selama bekerja di hotel itu, dia tekun belajar bahasa Inggris dan Jepang. Bahkan gaji pertamanya dia sisihkan sebagian untuk membeli kamus bahasa asing itu.

Pekerjaannya di hotel itu kemudian mempertemukannya dengan pengusaha asal Jepang yang memintanya memasok tas kulit ke Negeri Matahari Terbit itu. Namun usahanya tidak ujug-ujug sukses. Bahkan dia sempat nyaris kehilangan semua penjahit tas karena usahanya tak maju-maju.

Pelan tapi pasti, dia memperkokoh usahanya hingga mampu merekrut 100 karyawan. Tasnya amat digemari kalangan jetset di Jepang. Tak hanya di Jepang, Sunny pun menargetkan menguasai pasar tas berkualitas di Indonesia.

5. Reza Nurhilman


Reza, pengusaha muda yang sukses dengan keripik maicih-nya
Reza, pengusaha muda yang sukses dengan keripik maicih-nya

Reza Nurhilman adalah pemuda di balik populernya “keripik setan” Maicih. Berpikir out of the box, Reza memulai bisnis keripik singkong super pedas ini sendirian pada usia 23 tahun. Dia mendirikan UKM ini dengan menggandeng produsen keripik lokal di Bandung.

Bermodal awal Rp 15 juta, Reza memasarkan produknya dari mulut ke mulut dan memanfaatkan situs jejaring sosial Twitter. Dia lalu menerapkan pola keagenan yang disebutnya “jenderal” untuk lebih dapat menjangkau konsumen.

Kesuksesan Maicih bahkan menginspirasi orang lain untuk membuat produk serupa. Ada yang mengambil singkong sebagai bahan baku. Ada pula yang mengambil bahan lain untuk dijadikan keripik, seperti ubi.

Yang menakjubkan, pengusaha keripik-keripik pedas itu rata-rata berusia muda, dan sukses. Mungkin mereka terinspirasi kreatifitas Reza dalam memasarkan Maicih hingga ke luar kota.
Itulah 5 kisah pebisnis sukses yang memulai usaha dari nol. Ya, ketiadaaan modal adalah masalah bagi mereka, tapi mereka mampu mengatasi masalah itu dengan jalan masing-masing. Siapkah kamu bergabung dengan kelompok wirausaha UKM sukses ini?. Atau masih terkendala dengan modal?

sumber : duitpitar.com

Kamis, 05 November 2015

MATERI H. IMAM HAMBALI

Rabu, 04 November 2015

CV BUDIYANTO, S.Pi